Khutbah Idul Adha
Ketauhidan Mengangkat
Derajat Umat Manusia
Khutbah pertama:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3) اللهُ
اَكبَرْ (×3
اللهُ
اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اللهُ اَكْبَرْ ماتحرك متحرك وارتـج. ولبى
محرم وعـج. وقصد الحرم من كل فـج. وأقيمت فى هذا الأيام مناسك الحج. اللهُ اَكْبَرْ
(3×)
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ
سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ ومن تبع دين محمد. وسلم تسليما كثيرا.
فياايها المسلمون الكرام. اوصيكم ونفسى بتقوى الله. واعلموا أن هذا الشهر شهر
عظيم. وأن هذاليوم يوم عيد المؤمين. يوم خليل الله إبراهيم أبو ألانبياء
والمرسلين. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah,
Alhamdulillah pagi ini kita dapat berkumpul
menikmati indahnya matahari, sejuknya hawa pagi sembari mengumandangkan takbir
mengagungkan Ilahi Rabbi dirangkai dengan dua raka’at Idul Adha sebagai upaya
mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci. Marilah kita bersama-sama meningkatkan
taqwa kita kepada Allah swt dengan sepenuh hati. Kita niatkan hari ini sebagai
langkah awal memulai perjalanan diri mengarungi kehidupan seperti yang
tercermin dalam keta’atan dan ketabahan Nabi Allah Ibrahim as menjalani cobaan
dari Allah Yang Maha Tinggi.
Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah
Hari ini ini adalah hari yang penuh berkah,
hari yang sangat bersejarah bagi umat beragama di seluruh penjuru dunia, dan
bagi umat muslim pada khususnya. Karena hari ini merupakan hari kemenangan
seorang Nabi penemu konsep ke-tuhidan dalam berketuhanan. Sebuah penemuan maha
penting dijagad raya, tak tertandingi nilainya dibandingkan dengan penemuan
para santis dan ilmuan. Karena berkat konsep ke-tauhidan yang ditemukan Nabi
Allah Ibrahim, manusia dapat menguasai alam dengan menjadi khalifah alal ardh.
Setelah Nabi Allah Ibrahim as menyadari bahwa Allah swt adalah The Absolute
One, Dzat yang paling Esa, maka semenjak itu juga umat manusia tidak dibenarkan
menyembah matahari, menyembah bintang, menyembah binatang, menyembah batu
dan alam. Ini artinya manusia telah memposisikan dirinya di atas alam. Ajaran
ke-Esa-an yang diprakarsai oleh Nabi Allah Ibrahim telah mengangkat derajat
manusia atas alam se-isinya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sesungguhnya tidak berlebihan jika hari ini
kita jadikan sebagai salah satu hari besar kemanusiaan internasional yang harus
diperingati oleh manusia se-jagad raya. Oleh karena itu hari ini adalah momen
yang tepat untuk mengenang perjuangan Nabi Allah Ibrahim as dan upayanya
menemukan Allah swt. Bagaimana beliau bersusah payah melatih alam kebathinannya
untuk mengenal Tuhan Allah Yang Paling Berkuasa. Bukankah itu hal yang amat
sangat rumit? Apalagi jika kita membandingkan posisi manusia sebagai makhluk
yang hidup dalam dunia kebendaan, sedangkan Allah Tuhan Yang Maha Sirr berada
ditempat yang tidak dapat dicapai dengan indera? Bagaimana Nabi Allah Ibrahim bisa
menemukan-Nya? Tentunya melalui berbagai jalan thariqah yang panjang.
Melalui latihan dan penempaan jiwa yang berat. Untuk itulah mari kita lihat
rekaman tersebut dalam surat Al-An’am ayat 75-79
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ(75) فَلَمَّا
جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ
قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ (76)فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ
هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ
مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (77)فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا
رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا
تُشْرِكُونَ(78) إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (79)
Dan demikianlah Kami
perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit
dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. (75)
Ketika malam telah
gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah
Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya
tidak suka kepada yang tenggelam “ (76)
Kemudian tatkala dia
melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah
bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi
petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." (77)
Kemudian tatkala ia
melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar".
Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (78)
Sesungguhnya aku
menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan (79)
Para Hadirin yang dimuliakan Allah
Jika kita lihat dokumen sejarah yang termaktub
dalam al-Qur’an di atas, hal ini menunjukkan betapa proses pencarian yang
dilakukan Nabi Allah Ibrahim as sangatlah berat. Meskipun pada akhirnya Nabi
Ibrahim berhasil menemukan Tuhan Allah Rabbil Alamin, bukan tuhan suku dan
bangsa tertentu, tapi Tuhan seru sekalian alam. Tuhan yang senantiasa berada
sangat dekat dengan manusia baik ketika terpejam maupun ketika terjaga. Itulah
sejarah terbesar yang dipahatkan oleh Nabi Allah Ibrahim di sepanjang relief
kehidupan umat manusia yang seharusnya selalu dikenang oleh umat beragama.
Selain sebagai orang yang menemukan konsep
Ketuhaan. Beliau juga salah satu hamba tersukses di dunia yang mampu
menaklukkan nafsu dunyawi demi memenangkan kecintaannya kepada Allah Sang Maha
Suci. Fragmen ketaatan dan keikhlasannya untuk menyembelih Ismail sebagai anak
tercinta yang diidam-idamkannya, adalah bukti kepasrahan total kepada Allah
swt. Bayangkan saudara-saudara, Ismail adalah anak yang telah lama dinanti dan
diidamkan, Ismail adalah anak tercintanya namun demikian semua itu ditundukkan
oleh Nabi Ibrahim as demi memenangkan cintanya kepada Allah swt.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dua hal di atas yaitu penemuan Ibrahim atas
ke-Esaan Allah dan perintah penyembelihan terhadap anak tercinta merupakan satu
perlambang bahwa ruang di mana Nabi Allah Ibrahim as. hidup adalah garis batas
yang memisahkan antara kehidupan brutal dan kehidupan berpri-kemanusiaan.
Penyembelihan terhadap Ismail yang kemudian diganti dengan kambing merupakan
tanda bahwa semenjak itu tidak ada lagi proses penyembahan dengan cara
pengorbanan manusia (sesajen). Karena manusia adalah makhluk mulia yang tak
pantas dikorbankan secara cuma-cuma, meskipun dilakukan dengan suka rela. Allah
swt sendiri yang tidak memperbolehkannya, dengan Kuasa-Nya ia ganti Ismail
dengan seekor kambing.
Itulah beberapa hal yang harus dikenang dari
Nabi Allah Ibrahim as. Sebagai umat manusia yang beriman dan beragama sudah
sewajibnya kita mengenang dan menteladani apa yang dilakukan Nabi Allah Ibahim
as seperti yang diterangkan dalam al-Baqarah 127:
Dan (ingatlah), ketika
Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya
berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
Dengan kata lain Allah swt menganjurkan
manusia untuk mengingat dan meneladai kehidupan Ibrahim terutama ketika Nabi
Allah Ibrahim as merawat dan merekontruksi ka’bah sebagai baitullah. Sehingga
berbagai ibadah dan ritual peyembahan kepada Allah swt menjadi kewajiban bagi
umat muslim sedunia yang mampu menjalankannya. Itulah ibadah Haji.
Para Jama’ah idhul adha yang berbahagia
Haji meupakan salah satu ibadah yang sarat
dengan simbol dan perlambang. Oleh karena itu, jikalau ibadah haji dilaksanakan
tanpa mengerti makna yang tersimpan didalamnya sangatlah percuma, karena yang
demikian itu hanya menyisakan kelelahan belaka. Kelelahan yang kerontang tanpa
kesadaran.
Kaum muslimin dan muslimat, meskipun saat ini
kita berada di sini, jauh dari tanah Haram, tidak berarti kita tidak bisa
meneladani Nabi Ibrahim. Karena keteladanan itu tidaklah bersifat fisik. Namun
sejatinya keteladanan itu berada dalam semangat yang tidak mengenal batas ruang
dan waktu. Keteladanan atas ibadah haji dapat kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari ketika kita berinteraksi dengan tetangga, teman, saudara dan umat
manusia pada umumnya.
Saudara-saudaraku seiman dan setaqwa
Bila kita tengok bahwa haji dimulai dengan
niat yang dibarengi dengan menanggalkan pakaian sehari-hari untuk digantikan
dengan dua helai kain putih yang disebut dengan busana ihram. Maka ketahuilah
dibalik keseragaman ini tersimpan beragam makna. Pertama bahawa pakaian yang
selama ini kita pakai sehari-hari sangat menunjukkan derajat dan status sosil
manusia. Oleh karena itu, ketika seorang muslim telah berniat untuk haji dan
berniat menghadap-Nya maka segeralah tanggalkan pakaian itu dan gantilah dengan
busana Ihram yang serba putih, karena manusia di hadapan Ilahi Rabbi sejatinya
tidak berbeda.
Kedua, Pakaian itu tidak hanya apa yang kita
pakai namun juga identitas yang menyelimuti diri manusia hendaknya segera
diluluhkan ketika menghadap-Nya. Allah tidak akan pernah membedakan antara
peabat dan rakyat, antar penguasa dan hamba, antara pedagang dan nelayan. Semua
itu dimata Allah swt adalah sama. Seperti putihnya seragam yang membalut raga.
المسلمون إخوة لافضل لأحد على أحد إلابالتقوى (رواه
الطبرانى)
Artinya, orang-orang
Islam itu satu sama lain bersaudara, tiada yang lebih utama seorangpun dari
seorang yang lain, melainkan karena taqwanya (HR. Tabhrani)
Ketiga, Pakaian itu adalah sifat manusia.
Ketika seorang muslim telah berniat menghadap Allah Sang Maha Kuasa, hendaklah
ia mencopot segala identitasnya. Baik identitas sebagai tikus, buaya, serigala
ataupun identitas sebagai kupu-kupu, merpati ataupu kasuwari. Artinya, segala
macam sifat yang melekat baik negative maupun positif sebaiknya dihilangkan.
Jangan pernah merasa sebagai apa-apa jikalau engkau menghadap-Nya.
Keempat, pakaian itu mengingatkan manusia akan
ketakberdayaannya. Nanti ketika menghadap Ilahi Rabbi manusia tidak membawa
apa-apa kecuali kain putih yang menemaninya. Sebagai pertanda bahwa sebaiknya
manusia hidup dengan sederhana, karena semua akan ditinggalkannya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Selanjutnya Thowaf mengelilingi ka’bah tujuh
kali putaran adalah perlambang kedekatan manusia dengan Sang Khaliq. Begitu harunya
jiwa manusia ketika lebur mendekatkan diri pada Baitullah, seolah ke-dirian
manusia hilang ditelan kebesaran-Nya. Thowaf dapat diartikan hilangnya diri
terhanyut dalam pusaran Energi keilahiyan yang tak terkira. Thowaf adalah
simbol hablum minallah yang hakiki, bahkan lebih dari itu. Tidak ada lagi habl
penghubung antara manusia dan Sang Khaliq. Karena keduanya telah menyatu.
Kemudian sa’i berlari kecil dari shofa ke
marwah. Ini merupakan rangkaian setelah Thowaf yang dapat diartikan sesuai
perspketif sejarah. Ketika Siti Hajar Ibunda Nabi Ismail ditinggal oleh Nabi
Allah Ibrahim as. Maka ia pun harus bertarung mempertahankan hidup ini dengan
mencari air dari bukit Shofa ke Marwa. Kehidupan sarat dengan perjuangan. Usaha
menjadi suatu kewajiban bagi manusia. Tiada air yang turun dari langit, namun
air itu harus dicari sumbernya. Begitulah kehidupan di dunia ini. Hidup itu
suci dan harus dijaga seperti makna hafiah kata Shofa yaitu kemurnian dan
kesucian sedangkan. Namun hidup itu juga cita-cita yang jumawa dan penuh
idealism seperti makna kata marwa yaitu kemurahan, memaafkan dan menghargai.
Jika thowaf menggambarkan hubungan dan
kemanunggalan manusia dengan Sang Khaliq, maka sa’i menunjukkan bahwa kehidupan
haruslah dijalani sesuai dengan hukum kemanusiaan. Berinteraksi, berhubungan
dan berkomunikasi dengan sesame. Maka kehidupan ini haruslah menyeimbangkan
antara keilahiyahan dan keinsaniyahan.
Ma’asyiral Muslimin yang berbahagia
Selain itu simbolisme dalam ibadah haji juga
melekat pada Ka’bah Baitullah. Di sana ada hijir Ismail yang berarti ‘pangkuan
Ismail’. Di sanalah seorang Ismail putera Ibrahim yang membangun Ka’bah pernah
berada dalam pangkuan sang Ibu Hajar, seorang wanita hitam yang miskin juga
seorang budak. Dengan ini Allah swt membuktikan bahwa seorang hamba pun dapat
dimuliakanya dengan memposisikan kuburnya disamping ka’bah baitullah. Itu semua
karena ketaqwaannya. Ketaqwaan Ibu Hajar yang mampu berhijrah menuju kebaikan
dan kemuliaan.
Sedangkan padang Arafah sebagai tempat para
haji menunaikan wuquf merupakan ruang luas yang terhampar untuk memasak diri
seorang muslim hingga ia mengenal siapa jati dirinya sebagai manusia. Arafah
adalah ruang berintrospeksi diri, siapa, dari mana sosok diri itu dan hendak
kemana nantinya. Oleh karena itu ruang ini dinamakan arafah yang mempunyai satu
asal kata yang sama dengan ma’rifat yaitu mengeatuhi dan mengerti hakikat diri.
Diharapkan setelah diramu dalam padang arafah ini seorang diri bisa menjadi lebih
arif (bijaksana) dalam mengarungi kehidupan dan mempertimbangkan antara
kepentingan dunia dan akhirat seperti yang disimbolkan dalam thowaf dan sa’i.
Dari Arafah menuju Muzdalifah guna
mempersiapkan diri dan mempersenjatainya melawan syaithan yang akan dihadapi
nanti di Mina. Manusia haruslah selalu waspada bahwa syaitan ada dimana-mana.
Karena itulah senjata pemusnahnya tidaklah sesuatu yang besar dan menakutkan.
Tetapi cukup dengan kerikil yang kecil sebagai simbol atas kesabaran dan
keteguhan hati.
Ma’asyiral Muslimin
Demikianlah uraian dalam khutbah ini semoga
ada manfaatnya bagi kita semua. Dan amrilah kita berdoa kepada Allah swt semoga
amal ibadah kita diterima. Semoga kita yang disini diberikan kesempatan
mengunjungi tanah haram di lain waktu, seperti cita-cita kita semua. Dan semoga
mereka yang berada di sana diberi keselamatan semua. Amien
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ
اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ
أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ
وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ
اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ
اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ
الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ
مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ
اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ
عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا
خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ
اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ !
اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar